Kelembutan
terajarkan, seharusnya sempurna
seorang perempuan bertutur
berjalan tertunduk
mendahulukan lelaki
meski surga kelak ada di telapak kakinya
bagi anak-anak yang terlahirkan
setelah ia bersama dengan seorang lelaki
Berjalan dalam ingatan
lelaki yang tak baik
adalah lelaki yang tak cukup dibahagiakan
karena perempuan yang tak cukup baik
Dan bila dia cukup cerdas buat menyanggah
maka tak selayaknya dia berkata tentang yang dirasa
karena perempuan adalah kelembutan
dan kelembutan bermakna tanpa perselisihan
Saat dia bersinar
yang menatapnya berkata
"demi kebaikan kami,
kalian tak selayaknya membuka diri"
"kalian tak selayaknya keluar malam-malam"
Bolehkan perempuan menjawab
"demi kebaikan kami, jaga pikiran kalian"?
atau,
"nafkahi kami selayaknya, maka kami tak harus bekerja sampai malam"?
Ah, perempuan,
sungguh sulit membuat mereka yang perempuan
maupun yang tak perempuan mendengarkan
Sungguh sulit,
saat masing-masing kaki berdiri di rumah dan di jalan
Ribuan perempuan berdiam di rumah yang sama
tak pergi karena mencinta
bertahan karena anak-anaknya
meski tersayat kulit dan hatinya
Masih diam dalam gelap,
dalam kuasa-kuasa yang seharusnya menyinari jalan
tak banyak perempuan
yang telah berdiri dalam terang
(Satire. Tertulis di hari Kartini di Paris yang berlalu tanpa kebaya, dan setelah berkunjung ke blog seorang mantan putri Indonesia yang meributkan putri Indonesia lainnya. Menyedihkan. Dalam kuasa yang dimilikinya, dia tak pernah benar-benar bicara untuk putri-putri Indonesia sesungguhnya, yang tinggal di panggung kehidupan)
AW, Friday, April 21, 2006
No comments:
Post a Comment