Wednesday, February 10, 2010

Bumiku

Aku ingin terbang melintasi awanmu
Menapaki semua tanahmu
Menyentuh hijau alammu
Selalu

Aku ingin menatapmu tanpa cela
Mengagumimu dengan seluruh indera
Tanpa harus merasa
bahwa aku akan menghilang perlahan bersama waktu

Bila detak detik yang telah Gusti hibahkan untuk bersamamu sirna
Aku pasti akan sedih luar biasa
Jadi, hari ini,
Kaitkan kelingkingmu di jelingkingku
Tatap mataku,
Maukah kau berjanji untuk selalu jadi bumiku?

Akankan kau ijinkan aku berpijak
Ijinkan aku duduk
Ijinkan aku terlelap
Ijinkan aku tertawa
Ijinkan aku berlarian seperti gadis kecil di masa laluku?

Kulihat tapak-tapak kakiku di gundukan salju
Besok mereka tak akan lagi ada di situ
Dan saat musim semi tiba
Aku terlalu takut bila Bumiku tak akan lagi mengingatku

Bumiku tetaplah ranah yang sama
Angin, matahari, panas dan hujanlah yang membuatnya berbeda
Memahat kisi-kisi bukit
Membangun lajur-lajur sungai
Dan nasib yang dititipkan Yang Kuasa, membuatnya punya cerita

Bumiku, meski demikian,
Aku juga talah belajar bahwa ingatan dan rasa akan luruh
Seperti putih butiran gula tebu berpadu coklat warna teh
Sehingga
Bukan bentuk dan warna yang tertangkap saat menatap hari yang silam
Namun rasa: manis yang bercampur dengan wangi dan getir
Cair, mengalir, menguap atau menghilang
Tak ada yang sama hari ini atau esok lusa

Aku tahu Bumiku,
Sepertinya saat ini aku masih harus jadi pengembara
Jadi, hari ini,
Kaitkan kelingkingmu di kelingkingku
Aku berjanji akan selalu mengingatmu dengan senyum
Meski aku mungkin tak akan lagi ada saat kau terjaga

AW, 7 Januari 2010

No comments: